Harga emas pulih lebih tinggi pada akhir sesi perdagangan Jumat, pulih dari penurunan tajam sehari sebelumnya, didorong oleh melemahnya dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi setelah keputusan Bank of Japan untuk menyesuaikan kerangka kebijakan moneternya dan perlambatan inflasi AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di Divisi Comex New York Exchange melonjak $14,70 atau 0,75 persen menjadi menetap pada $1.960,40 per ounce. Sebelumnya, pada sesi perdagangan, harga emas mencapai level tertinggi di $1.962,20 dan terendah di $1.944,20.
Pelemahan dolar AS terjadi setelah data menunjukkan inflasi tahunan AS pada Juni naik dengan laju terendah dalam lebih dari dua tahun, yang berpotensi mendekatkan Federal Reserve untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.
Meskipun inflasi inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, meningkat sebesar 4,1 persen dalam 12 bulan terakhir hingga Juni, menurun tajam dari 4,6 persen pada Mei, namun tetap jauh di atas target 2,0 persen yang ditetapkan oleh The Fed.
Awalnya, harga emas tertekan oleh penguatan dolar AS dan imbal hasil Treasury yang lebih tinggi karena Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa mengumumkan kenaikan suku bunga terbaru.
Lonjakan harga emas belakangan ini dianggap sebagai tanda positif oleh para analis, menandakan potensi kenaikan lebih lanjut, meskipun harapan akan imbal hasil obligasi internasional yang lebih tinggi dapat meredam antusiasme terhadap logam kuning ini.
Secara teknis, harga emas mengalami sedikit pulih dari level terendah kemarin di $1.940, yang kini dianggap sebagai zona dukungan awal, menandakan tren positif menurut Rupert Rowling, seorang analis pasar di Kinesis Money.
Secara keseluruhan, pulihnya harga emas utamanya disebabkan oleh pelemahan dolar AS dan kemungkinan siklus kenaikan suku bunga yang lebih lambat, faktor-faktor ini terus dipantau secara cermat oleh para investor dan analis pasar.