Solid Gold Berjangka Makassar – Konflik antara Rusia dan Ukraina terus meningkat dengan serangan udara terbesar yang dilancarkan Rusia, menargetkan infrastruktur energi utama Ukraina. Dampak serangan ini mengakibatkan pemadaman listrik darurat dan kehancuran signifikan pada kapasitas produksi energi negara tersebut.
Eskalasi Tensi dan Respons Internasional
Presiden AS Joe Biden baru-baru ini mengizinkan Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh AS (ATACMS) untuk menyerang Rusia, memicu reaksi keras dari Kremlin. Rusia bersumpah akan memberikan tanggapan “yang sesuai” jika Ukraina menggunakan senjata tersebut untuk menyerang wilayahnya. Maria Butina, anggota parlemen dari Partai Rusia Bersatu, bahkan menyatakan bahwa Amerika Serikat mendorong dunia menuju “garis merah yang sangat berbahaya”.
Langkah ini telah menimbulkan perbedaan pandangan di antara negara-negara Barat. Hungary, Slovakia, dan Italia secara terbuka menolak keputusan Biden, sedangkan Prancis dan Inggris tetap menahan diri untuk tidak mengikuti jejak Washington, dengan menegaskan bahwa rudal Storm Shadow dapat digunakan hanya pada target di dalam wilayah Ukraina.
Serangan dan Dampaknya di Ukraina
Ukraina kini mengalami pemadaman listrik di berbagai wilayah, termasuk Kyiv dan area sekitarnya. Menurut penyedia energi swasta DTEK, serangan ini merusak peralatan stasiun tenaga termal secara serius. Menteri Energi Ukraina, German Galushchenko, menyebut serangan ini sebagai “serangan besar-besaran terhadap sistem energi kami”, menyerang fasilitas pembangkit dan transmisi listrik di seluruh negeri.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, dalam tanggapan emosional, menyatakan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga korban. Dalam serangan baru-baru ini, setidaknya tujuh orang telah tewas dan lebih dari 200 serangan telah terjadi, menargetkan infrastruktur energi dan wilayah sipil.
Serangan ini merupakan yang terbesar sejak Agustus, menambah penderitaan Ukraina yang sudah berjuang memenuhi kebutuhan energi di tengah musim dingin yang keras. Ukraina telah meminta bantuan sekutunya untuk membangun kembali jaringan energinya yang rusak – sebuah usaha yang memerlukan biaya tinggi.
Implikasi Militer dan Politik
Sementara itu, kehadiran pasukan Korea Utara di Ukraina yang bertarung bersama dengan pasukan Rusia di wilayah Kursk mengundang perhatian internasional. Ukraina diizinkan menggunakan ATACMS untuk membela diri dan menyerang posisi militer Rusia, termasuk pangkalan dan depot amunisi. Namun, pemberian senjata ini oleh Amerika Serikat diperkirakan tidak akan cukup untuk membalikkan keadaan perang, terlebih dengan peralatan militer Rusia yang telah dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.
Muncul pertanyaan apakah keputusan ini dapat memicu eskalasi lebih lanjut. Presiden Rusia, Vladimir Putin, memperingatkan bahwa penggunaan senjata Barat untuk menyerang Rusia dapat mengubah esensi konflik dan dianggap sebagai partisipasi langsung negara-negara NATO dalam perang.
Posisi Presiden-terpilih Donald Trump
Keputusan ini datang menjelang kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dalam dua bulan mendatang. Trump sebelumnya menyatakan niatnya untuk mengakhiri konflik di Ukraina secara cepat, namun belum merinci strategi yang akan diambil. Beberapa sekutunya, seperti Michael Waltz, Penasihat Keamanan Nasional, berpendapat agar AS mempercepat pengiriman senjata untuk menekan Rusia ke meja perundingan. Namun, ada juga ketidakpastian mengenai apakah Trump akan melanjutkan kebijakan ini atau malah menghentikan bantuan militer kepada Ukraina, termasuk pengiriman ATACMS.
Situasi ini menciptakan ketidakpastian bagi Ukraina, dengan harapan agar Amerika Serikat tetap mendukung mereka dalam upaya mempertahankan kedaulatan guna menghadapi serangan berkelanjutan dari Rusia.