Solid Gold berjangka Makassar – Harga emas (XAU/USD) tampak stabil dalam kisaran $2,738 hingga $2,740 pada sesi awal pasar Asia, Senin. Meskipun mengalami penurunan sekitar 1,5% dari rekor tertinggi di sesi sebelumnya, emas tetap diminati sebagai aset aman menjelang pemilu presiden AS dan keputusan suku bunga Federal Reserve yang akan datang. Para pelaku pasar mengawasi dengan seksama perkembangan politik di AS serta kebijakan moneter bank sentral.
Data ketenagakerjaan AS yang dirilis pada Oktober menunjukkan penambahan hanya 12.000 pekerjaan, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar lebih dari 100.000. Angka ini merupakan kenaikan terkecil sejak Desember 2020, sebagaimana dilaporkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Kondisi ini diperparah oleh distorsi seperti pemogokan dan bencana alam yang membayangi interpretasi tren ekonomi semasa.
Unjuk kerja terlemah di sektor tenaga kerja ini memicu harapan pasar akan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin dari Federal Reserve pada pertemuan pekan depan. Terlepas dari pembaruan permintaan terhadap Dolar AS dan peningkatan hasil obligasi yang bisa membatasi kenaikan harga emas, ketidakpastian politik di AS tetap menjadi faktor pendorong. Potensi kebijakan fiskal ekspansif dan tarif yang lebih tinggi di bawah pimpinan Trump mendatang memicu keberlanjutan permintaan emas sebagai lindung nilai terhadap risiko inflasi jangka panjang.
Selain itu, ketegangan berkelanjutan di Timur Tengah turut mendongkrak daya tarik emas di pasar global. Menurut analis JPMorgan, ketidakpastian politik dan gejolak geopolitik yang ada memperkuat posisi emas sebagai investasi menarik, dan potensi penurunan harga justru dipandang sebagai kesempatan untuk membeli.
Dengan latar belakang ini, perhatian pasar tetap tertuju pada hasil pemilu AS serta keputusan kebijakan moneternya, di mana hasilnya berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan harga emas di hari-hari mendatang.