Solid Gold Berjangka Makassar – Harga minyak mengalami sedikit penurunan pada hari Rabu karena data mengindikasikan peningkatan yang signifikan pada stok minyak mentah AS. Minyak mentah berjangka Brent mengalami penurunan 20 sen, menetap di $75,84 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 20 sen menjadi $71,54 per barel.
Penurunan ini mengikuti kenaikan harga minyak mentah berjangka selama dua sesi terakhir. Analis pasar dari ING menyoroti bahwa penguatan harga pada hari Selasa mungkin dipengaruhi oleh situasi yang sedang berlangsung di Timur Tengah, terutama tidak adanya hasil yang jelas dari diskusi Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken baru-baru ini di Israel. Blinken terlibat dalam “pembicaraan yang panjang” dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dengan fokus pada peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, seperti yang dinyatakan oleh seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS.
Dalam perkembangan terkait, Israel mengkonfirmasi pembunuhan Hashem Safieddine, seorang tokoh senior Hizbullah, yang dipandang sebagai kelanjutan dari konflik di wilayah tersebut. Ahli strategi pasar Yeap Jun Rong dari IG mencatat bahwa pasar memperkirakan kemungkinan konflik Timur Tengah akan meluas lebih jauh, dengan potensi gencatan senjata menghadapi tantangan.
Selain itu, Yeap menyarankan bahwa upaya stimulus RRT baru-baru ini dapat menstabilkan kondisi atau bahkan mendorong pemulihan, yang akan berdampak positif pada permintaan minyak.
Kenaikan stok minyak mentah AS, yang dilaporkan sebesar 1,64 juta barel minggu lalu berdasarkan angka-angka dari American Petroleum Institute, telah memberikan tekanan pada harga minyak. Kenaikan ini melampaui ekspektasi para analis, yang memperkirakan kenaikan 300.000 barel. Data persediaan minyak resmi pemerintah AS akan dirilis hari ini.
Goldman Sachs memproyeksikan bahwa harga minyak akan mencapai rata-rata $76 per barel pada tahun 2025, dengan mempertimbangkan surplus minyak mentah yang moderat dan kapasitas cadangan yang tersedia di antara para produsen OPEC+, yang mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya seperti Rusia.